Bagi Wanita Karir, Mereka Bisa Berperan Seperti Khadijah

Bagi Wanita Karir, Mereka Bisa Berperan Seperti Khadijah. Kamu wajar sering belajar kepada mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka lewat penerangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan utama intern membaca share terbaru.
Wartaislami.com ~ Banyak perempuan di Indonesia maupun di dunia pada umumnya kepada memilih menjelma perempuan karir. Ada yang beralasan bahwa pendapatan dari suaminya tak mencukupi kebutuhan sehari-hari atau ada pula yang menjelma perempuan karir karena memang ia ingin berkarir intern bidang pekerjaan yang sesuai passionnya. Seorang perempuan sebagian besar ingin punya harta dari hasil usahanya sendiri. Islam bukan main menghormati, memuliakan atau memandang hak-hak perempuan.
Berikut yakni adil pandangan Prof. Nadirsyah Husen yang kami ambil dari akun facebooknya berikut ini:
Sejumlah penceramah bukan main terobsesi kepada “men-syariatkan” para perempuan. Pendek kata, setiap upaya menegakkan syariat Islam, perempuan selalu menjelma target. Seolah perempuan itu selalu keliru atau karenanya wajar diluruskan: dari menginjak caranya berpakaian agar sesuai syariat, caranya patuh pada suami agar sesuai syariat atau kini yang dijadikan trending topik yakni adil larangan perempuan keluar rumah plus larangan bekerja meniti karir di luar rumah.
Dalam benak para penceramah itu perempuan yakni adil sumber malapetaka atau sumber problem umat. Kalau kita berhasil kembali meng-islamkan para perempuan sesuai syariat maka selamatlah umat ini. Seakan distribusi para penceramah para perempuan itu wajar sedemikian rupa diproteksi secara syar’i karena perempuan itu lemah atau bodoh tak bisa memilah mana yang benar atau yang salah serta amat mudah tergoda kemaksiatan. Maka para penceramah berusaha mengurung para perempuan lewat kerudung syar’i, pernikahan dini atau dijodohkan, bagaimana menjelma isteri yang shalihah, atau bagaimana mengurus dapur.
Ini tahun 2016, atau para penceramah itu masih saja mengusung paham zaman pertengahan. Mereka lupa bagaimana perempuan waktu ini sudah bersekolah atau pandai mencari peran kepada membantu keuangan keluarga maupun berkontribusi di masyarakat.
Perempuan punya berbagai peran intern berbagai level: ada yang memilh menjelma ibu rumah tangga, atau ada pula yang memilih karir bagai guru/dosen, dokter, direktur, walikota, menteri atau bahkan presiden. Pendek kata, perempuan berhak menentukan atau memilih perannya.
Sesuai syariat-kah itu? Iya, tentu saja, kalau para lelaki bersedia berbagi peran lewat cara meng-update pemahamannya berkenaan syariat. Kalau para lelaki hendak menjadikan istrinya semulia Khadijah, sudahkah para lelaki berusaha ber-akhlak seperti Muhammad SAW? Kalau lelaki menuntut perempuan menjelma shalihah, sudah yakinkah para lelaki kalau sudah duluan masuk kategori orang shaleh?
Anda suruh mereka pakai kerudung syar’i, tapi kamu sendiri kaum lelaki sudahkah menjaga atau menundukkan pandangan kamu kepada perempuan yang bukan hak kamu?
Anda suruh mereka diam atau tinggal di rumah, tapi sudahkah kamu bawa pulang nafkah yang cukup kepada keluarga?
Anda minta mereka mendidik keturunan-keturunan kamu di rumah, tapi sudahkah kamu beri kesempatan mereka meningkatkan ilmunya agar mampu mendidik keturunan lewat baik?
Anda suruh mereka patuh pada suami, tapi sudahkah kamu juga patuh pada Allah yang befirman “atau bergaullah kamu semua lewat mereka (isteri-isteri kamu itu) lewat cara yang baik. Kemudian jika kamu tak suka kepada mereka (disebabkan tingkah lakunya (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An Nisa [4]: 19) ?
Anda minta mereka menjaga kehormatan diri mereka saat kamu pergi, namun sudahkah kamu menjaga kehormatan diri di luar rumah?
Sudahkah kamu berterima kasih pada mereka kepada apa yang telah mereka sajikan atau apa yang mereka persembahkan kepada kamu atau keluarga demi sama-sama mencari Ridha ilahi?
Sudahkah kamu merayu maaf kepada mereka kalau kamu berbuat khilaf? Atau kamu terhitung lelaki yang gengsi merayu maaf?
Sudahkah kamu merayu doa dari istri kepada kemudahan atau kesuksesan kamu? Atau kamu terhitung yang gengsi merayu doa karena merasa kamu bertambah paham agama?
Mereka bisa berperan menjelma Khadijah, atau Aisyah atau Hafsah atau juga Zainab (para istri Nabi), tapi sudahkah kamu menjelma Muhammad SAW kepada mereka?
Salam hangat kepada sesama lelaki,
Oleh :Nadirsyah Hosen
Source: www.moslemforall.com


Source Article and Picture : www.wartaislami.com